Berani Melangkah, Siap Berkembang: Mahasiswa Teknik Informatika UNIMA Tembus Novice Quarter Final NUDC 2025

Dari balik layar laptop dan barisan kode, siapa sangka seorang mahasiswa Teknik Informatika UNIMA, Christian Tendean, mampu bersinar di panggung debat tingkat nasional. Ia bukan berasal dari jurusan komunikasi, bukan pula dari dunia hukum atau politik, tapi dari dunia logika pemrograman yang seringkali dianggap kaku dan sunyi. Namun lewat keberaniannya, Chris berhasil menembus babak Novice Quarter Final dalam ajang National University Debating Championship (NUDC) 2025 — dan membuktikan bahwa ketajaman berpikir tak mengenal batas disiplin ilmu.
Keikutsertaannya dalam NUDC bukan didorong oleh ambisi untuk menang semata, melainkan oleh hasrat untuk menantang diri dan keluar dari zona nyaman. Debat menjadi ruang belajar yang hidup — tempat di mana ide diuji, logika diasah, dan keberanian diuji.
“Saya ikut debat bukan karena sudah bisa bicara, tapi karena saya ingin belajar,” ujar Chris dengan penuh keyakinan.
Ketertarikannya tumbuh dari kekaguman terhadap bagaimana debat menggabungkan logika, strategi, dan seni menyampaikan gagasan dengan percaya diri dan etis.
Persiapan menuju panggung nasional bukan perjalanan yang mudah. Chris harus membagi waktu antara tugas kuliah, latihan rutin, membaca isu-isu aktual, hingga simulasi debat yang kadang melelahkan secara mental. Tantangan besar lainnya datang dari dalam: rasa minder saat menghadapi tim-tim besar yang lebih berpengalaman. Namun ia memilih untuk tidak terjebak dalam tekanan itu. Fokus pada proses, bukan hasil, menjadi prinsip yang menuntunnya melangkah.
Yang membuat perjalanannya semakin bermakna adalah dukungan yang datang dari berbagai arah. Keluarga mungkin belum sepenuhnya memahami dunia debat, tapi selalu hadir memberikan semangat moral. Teman-teman kampus dan komunitas debat menjadi tempat bertumbuh, berbagi pengetahuan, dan saling menyemangati.
NUDC mempertemukannya dengan lebih dari sekadar persaingan. Chris mendapatkan pengalaman yang memperluas wawasan, dari isu sosial dan ekonomi global, hingga nilai-nilai kolaborasi dan dialog yang sehat. Ia belajar bahwa debat bukan hanya soal membantah dan menang, melainkan tentang mendengar dengan saksama, berpikir secara kritis, dan menyampaikan gagasan dengan logis dan manusiawi.
Saat namanya diumumkan lolos ke tahap nasional, rasa bangga dan haru pun tak bisa disembunyikan. Semua kerja keras terbayar. Meskipun perjalanannya harus berhenti di babak novice quarter final, pencapaian ini telah menjadi tonggak penting — bukan hanya bagi dirinya, tapi juga sebagai inspirasi bagi seluruh mahasiswa Teknik Informatika UNIMA.
Lewat pengalaman ini, Chris membawa pesan penting: bahwa dunia debat bukan milik segelintir orang yang pandai berbicara, melainkan ruang belajar terbuka bagi siapa saja yang ingin bertumbuh. Ia berharap ke depan, lebih banyak mahasiswa teknik yang berani mencoba, karena kemampuan berpikir kritis dan komunikasi bukan hanya pelengkap — melainkan kebutuhan utama dalam menghadapi dunia yang kompleks.
Program Studi Teknik Informatika UNIMA menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas semangat dan dedikasi yang ditunjukkan oleh Chris. Prestasi ini adalah cerminan dari nilai keberanian, kerja keras, dan komitmen untuk terus belajar di luar batas-batas yang biasa. Semoga jejak langkah ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk tak ragu mencoba hal baru — karena terkadang, potensi terbesar justru tersembunyi di tempat yang tak terduga.